Cari Blog Ini

Postingan Populer

Rabu, 04 Juli 2012

D Masiv Tak Mau Paksa Tulis Lagu Religi

Tidak ada lagu religi yang bakal dibuat oleh d Masiv untuk Ramadan tahun ini. Seperti yang kita tahu, lagu Jangan Menyerah sangat kental dengan tema religi. Meski begitu, d Masiv merasa bahwa mereka tak pernah secara sengaja membuat lagu religi.
"Sebenarnya dari awal spesifik religi ngga ada. sebetulnya lagu-lagu d Masiv secara tak sadar ada nafas religi juga, Jangan Menyerah. Trus lagu-lagu kaya Merindukanmu juga bisa dinyanyiin untuk Tuhan. Untuk spesifik religi, belum," papar Ryan (vokal) saat ditemui di preskon program Sabotase, Sarinah Thamrin, Selasa (03/07).

Selain karena alasan itu, d Masiv juga tak ingin momen peluncuran album ketiganya nanti bentrok jika mereka meluncurkan lagu religi dalam waktu dekat. "Kita baru banget ngeluarin album, jadi takutnya bisa dikit menganggu momen album baru kita ini," jelas Ray (bas). Album ketiga mereka, PERSIAPAN, memang baru dirilis Maret lalu.

Di atas pertimbangan tadi, bagi Ryan menggarap lagu religi haruslah disertai penghayatan lebih akan isi lagu. "Kalau misalnya bikin lagu tapi ga ngerasain cuma ngasal atau ikut-ikutan aja, kayanya ga nyampe juga lagunya. Takutnya gitu. Daripada maksain lagu religi mending ya kita ngeluarin lagu yang standar yang cocok," ujarnya. (kpl/dka/rea)

Berawal Iseng diYoutube, Dua kakak beradis (Gamal dan Audrey) Rilis Album

Dua kakak beradik Gamal dan Audrey sukses merebut perhatian pecinta musik Indonesia lewat video-video yang mereka upload di Youtube. Awalnya mereka sama sekali tak menyangka kegiatan iseng mereka justru melejitkan nama keduanya.
"Anak sekolahan, bosen dengan tugas sekolah. Jadi kalau pas ada tugas udah kelar, paling mainan Youtube. Nonton ini nonton itu, lihat-lihat yang keren. Terus teman-teman ada yang suruh main gitar terus di-upload lah. Jadi buat seru-seruan anak-anak sekolahan aja," ujar Gamal ketika berkunjung ke Kantor KapanLagi.com® di Kota Malang, Selasa (4/7).
  
Mulai ketagihan mengunggah videonya di Youtube, Gamal pun mulai mengajak Audrey untuk menyelesaikan satu lagu berkonsep duet. "Terus ada 1 lagu yang mau di-upload, harus berdua. Gamal bilang, 'Yuk temenin gua'. Yaudah deh," sahut Audrey.

Video-video tersebut awalnya diunggah Gamal hanya untuk ditujukan pada kawan-kawannya di sekolah. "Seputar sekolahan doang sih awal-awalnya. Jadi awalnya kita benar-benar iseng. Semuanya peralatan benar-benar seadanya," kenang pemuda bernama asli Gamaliel Tapiheru ini.

Melalui video-video iseng tersebut, kedua kakak beradik ini akhirnya sukses mewujudkan mimpinya dengan menelurkan sebuah album bersama Cantika. Lewat album tersebut, mereka akan membuktikan bahwa keduanya bukanlah sekedar artis instan 'lulusan' Youtube. (kpl/rea/adb)

Survival Lagu : Olimpiade 2012

Tujuannya adalah untuk berbagi gambaran tentang era digital yang sedang terjadi saat ini, apa hubungan dan pengaruhnya terhadap industri musik, terutama industri rekaman, dan alternatif apa yang bisa dilakukan.

Agar relevan, seharusnya saya memberikan kasus sukses di Indonesia. Sayangnya, saya kesulitan. Mengapa? Saya tidak bisa berpura-pura bilang bahwa di Indonesia musik di era digital sudah sukses dan berjalan dengan baik. Sebaliknya, menurut saya kita belum melakukan apa-apa. Mudah-mudahan saya salah.

Dua Fakta
Saya ingin mulai dengan berbagi dua fakta. Fakta pertama adalah sekarang kita sedang berada di sebuah era yang bernama era digital. Tak ada tempat untuk bersembunyi. Meskipun Anda mencoba bersembunyi di hutan yang terpencil, tak ada sinyal ponsel, tak ada listrik, untuk bermain gitar senar nylon, anda tetap sedang bermain musik… di era digital.

Fakta kedua adalah musik = komersial. Musik dan komersial bisa berada dalam satu kata, dalam hampir semua konteks. Tanpa sisi komersial, musik tidak akan bertahan, bahkan mungkin tidak ada. Pertanyaannya adalah jika musik dan sisi komersial saling bergantung dan mengisi, lalu mengapa sering ada konflik antara musik sebagai seni dan sisi komersialnya? Jawabannya adalah musik tidak pernah konflik dengan sisi komersial. Justru saling membantu. Yang konflik itu orang-orangnya, pelakunya, stakeholder-nya.
Sekarang yang sedang kita hadapi adalah musik komersial di era digital. Seperti musisi tidak usah takut akan ‘bisnis’ atau ‘komersial’, musisi juga jangan takut akan ‘era digital’. Justru ini adalah era yang paling menyenangkan untuk musik komersial. Mengapa?


Lima Era Media
Sedikit mundur ke belakang untuk menyamakan persepsi, sebenarnya kita sudah meng-alami beberapa kali perubahan era media. Menurut teori, kita sedang berada di era kelima. Sebagai manusia, kita pun berubah karena perubahan media. Media adalah ciptaan kita sendiri, seperti kutipan dari Marshall McLuhan: “We shape our tools and thereafter our tools shape us”.

Berikut sekilas era-era tersebut:
1. Era Lisan
Di era ini, seluruh bentuk komunikasi dilakukan secara lisan.
2. Era tulisan.
Di sini orang sudah mengerti dokumentasi dalam bentuk tulisan. Untuk memperbanyak buku, orang menyadur buku menggunakan tulisan tangan. Di era ini pula Perpustakaan Alexandria dibakar, dan manusia kehilangan sebagian besar sejarah kuno.
3. Era Cetak.
Di era ini, musik pertama kalinya menjadi industri, yaitu industri sheet music. Orang bisa beli buku berisi not balok agar mereka bisa memainkan musik (cover song) di rumah.
4. Era Elektronik.
Di era ini, industri musik berubah total. Industri rekaman dan broadcasting menggantikan industri sheet music untuk menjadi primadona di industri musik.
5. Era Digital.
Zaman sekarang. Orang bisa mendengar dan berbagi musik tanpa terbatas oleh media dan wilayah. Exciting time.

Musik di Zaman : Digital

Tujuannya adalah untuk berbagi gambaran tentang era digital yang sedang terjadi saat ini, apa hubungan dan pengaruhnya terhadap industri musik, terutama industri rekaman, dan alternatif apa yang bisa dilakukan.

Agar relevan, seharusnya saya memberikan kasus sukses di Indonesia. Sayangnya, saya kesulitan. Mengapa? Saya tidak bisa berpura-pura bilang bahwa di Indonesia musik di era digital sudah sukses dan berjalan dengan baik. Sebaliknya, menurut saya kita belum melakukan apa-apa. Mudah-mudahan saya salah.

Dua Fakta
Saya ingin mulai dengan berbagi dua fakta. Fakta pertama adalah sekarang kita sedang berada di sebuah era yang bernama era digital. Tak ada tempat untuk bersembunyi. Meskipun Anda mencoba bersembunyi di hutan yang terpencil, tak ada sinyal ponsel, tak ada listrik, untuk bermain gitar senar nylon, anda tetap sedang bermain musik… di era digital.

Fakta kedua adalah musik = komersial. Musik dan komersial bisa berada dalam satu kata, dalam hampir semua konteks. Tanpa sisi komersial, musik tidak akan bertahan, bahkan mungkin tidak ada. Pertanyaannya adalah jika musik dan sisi komersial saling bergantung dan mengisi, lalu mengapa sering ada konflik antara musik sebagai seni dan sisi komersialnya? Jawabannya adalah musik tidak pernah konflik dengan sisi komersial. Justru saling membantu. Yang konflik itu orang-orangnya, pelakunya, stakeholder-nya.
Sekarang yang sedang kita hadapi adalah musik komersial di era digital. Seperti musisi tidak usah takut akan ‘bisnis’ atau ‘komersial’, musisi juga jangan takut akan ‘era digital’. Justru ini adalah era yang paling menyenangkan untuk musik komersial. Mengapa?


Lima Era Media
Sedikit mundur ke belakang untuk menyamakan persepsi, sebenarnya kita sudah meng-alami beberapa kali perubahan era media. Menurut teori, kita sedang berada di era kelima. Sebagai manusia, kita pun berubah karena perubahan media. Media adalah ciptaan kita sendiri, seperti kutipan dari Marshall McLuhan: “We shape our tools and thereafter our tools shape us”.

Berikut sekilas era-era tersebut:
1. Era Lisan
Di era ini, seluruh bentuk komunikasi dilakukan secara lisan.
2. Era tulisan.
Di sini orang sudah mengerti dokumentasi dalam bentuk tulisan. Untuk memperbanyak buku, orang menyadur buku menggunakan tulisan tangan. Di era ini pula Perpustakaan Alexandria dibakar, dan manusia kehilangan sebagian besar sejarah kuno.
3. Era Cetak.
Di era ini, musik pertama kalinya menjadi industri, yaitu industri sheet music. Orang bisa beli buku berisi not balok agar mereka bisa memainkan musik (cover song) di rumah.
4. Era Elektronik.
Di era ini, industri musik berubah total. Industri rekaman dan broadcasting menggantikan industri sheet music untuk menjadi primadona di industri musik.
5. Era Digital.
Zaman sekarang. Orang bisa mendengar dan berbagi musik tanpa terbatas oleh media dan wilayah. Exciting time.